JATI DIRI PENDIDIKAN KEANTARBUDAYAAN

(KAJIAN FILOSOFIS DAN PRAKSIS PLURALISME MELALUI PENDEKATAN ETNOPEDAGOGIK )

  • Fajar Setyaning Dwi Putra Universitas Bandung Raya
  • Zaky Farid Luthfi Universitas Negeri Padang
  • Chris Apandie Sekolah Tinggi Agama Kristen Palangka Raya
Keywords: Jati Diri Pendidikan Keantarbudayaan, Etnopedagogik, Toleransi

Abstract

Jati diri pendidikan multikultural adalah konsep pembelajaran berbasis etnopedagogik dengan pendekatan sosial budaya. Dimensi ini menunjukkan kesadaran akan keanekaragaman ide dan implementasinya yang dapat ditemukan dalam masyarakat di bumi ini, bagaimana konsepsi ini dipikirkan dan dipraktikan di setiap negara serta cara menerapkan mozaik pemikiran orang yang beragam ditinjau dari sudut budaya. Perbedaan budaya inilah membuat kesadaran lintas budaya adalah alasan utama untuk memahami sesama dala perspektif global. Ketika seseorang menerima sifat manusia dari sekelompok orang, keunikan budaya atau praktiknya tidak terasa teralienasi dan pada akhirnya menciptakan rasa saling percaya dan toleransi.

References

Alwasilah, C. A. (2006). Pokoknya Sunda Interpretasi Untuk Aksi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama. Darmayanti, T. E. (2016). The Ancestral Heritage: Sundanese Traditional Houses Of Kampung Naga, West Java, Indonesia.
MATEC Web of Conferences. 66 (6). DOI:
10.1051/matecconf/2016660010. Flynn, T. (2005). Philosophy as A
Way of Life. Philosophy and Social Criticism. Vol. 31(5). Hlm. 609-622. [Online] Tersedia: http://www.sagepublication.com (diakses pada 27 September 2016).
Juul, S. (2010). Solidarity and Social Cohesion in Late Modernity: A Question of Recognition, Justice, and Judgement in Situation. European Journal of Social Theory. Vol. 13(2). Hlm. 235-
269. [Online] Tersedia: est.sagepub.com (diakses pada 27 September 2016).
Kaelan. (2013). Negara Kebangsaan Pancasila. Sleman: Penerbit Paradigma.
Landemore, H., dan Page, S. E. (2015). Deliberation and Agreement: Problem Solving, Prediction, and Positive Dissensus. Journal of Politics, Philosophy, and Economics. Vol. 13(3). Hlm. 229-254.
Milstead, J.A. (2004). Challenging Five Traditional Leadership Principles. Journal of Policy, Politics, and Nursing Practice. Vol. 5(1). Hlm. 5-9. Sage Publications.
Nelson, P.S., dan Grimes, P.W. (1998). The Social Issues Pedagogy VS. The Traditional Principles of Economics: An Empirical Examination. The

American Economist Journal. Vol. 42(1). Hlm. 56-64. Tersedia: JSTOR (diakses pada 27 September 2016).
Ningrum, E. (2012). Masyarakat Tradisional Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Mimbar. Vol. XXVIII(1). Hlm. 47-54.
Sudaryat, Y. (2014). The Interpretation of Sundanese Educational Philosophy in Traditional Idiomatic Expression. EDUCARE: International Journal for Educational Studies. Vol. 6(2). Hlm. 119-127.
Sumardjo, J. (2011). Pola Rasionalitas Budaya. Bandung: Penerbit Kelir. Suradisastra, K. (2008). Farmer’s Institutional Empowerment Strategy. Journal Forum Penelitian Agro Ekonomi. Vol.
26(2). Hlm. 82-91.
Suryani, E. (2011). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Sya, A. (2014). Kontribusi Nilai-Nilai Tradisi Sunda dalam Mewujudkan Kesejahteraan Bangsa Indonesia di Era Globalisasi. Prosiding The 4th International Conference on Indonesian Studies: “Unity, Diversity, and Future”. Bandung: Universitas BSI Bandung.
Warnke, G. (2000). Feminism and Democratic Deliberation. Journal of Philosophy and Sodial Criticism. Vol. 26(3). Hlm. 61-74. Tersedia: http://sagepub.com. (Diakses pada 24 September 2016)
Zuriah, N. (2012). Kajian Etnopedagogi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Jurnal Humanity Vol. 8 (1), hlm. 170-
185. Tersedia:
http://ejournal.umm.ac.id/index.p hp (Diakses pada 23 September 2016)
Published
2020-02-22